Welcome!


I made this widget at MyFlashFetish.com.

Monday, November 22, 2010

Ihhh, lebay deh....

Beberapa hari lalu, saat saya berada di dalam lift yang bisa menaiikan dan menurunkan secara otomatis dengan cukup menekan satu tombol angka lantai yang diinginkan, (penjelasan yang cukup panjang ini diperlukan bagi orang-orang yang tidak memiliki imaginasi mengenai lift, alias gag pernah liat lift, hehe), saya bertemu dengan 2 adek angkatan saya *secara, saya sudah memasuki angkatan "tua" tapi orangnya masih muda and imut-imut koq,,

Mereka berdua, masing-masing, membawa dua kardus besar untuk di bawa ke lantai 5, selidik punya selidik, mereka ini merupakan sie. usaha dana suatu kegiatan di fakultas saya. Berhubung kedua adek angkatan saya ini pada kewcil muwngil, plus saya mau mempraktekkan gaya bahasa dan bicara saya yang baru saya pelajari dari buku segala buku, bahasa yang memuji, yang membangun, saya bilang sama mereka "Wah, kalian ini luar biasa ya." sambil memberikan senyuman pepsodent saya. Eh, mereka malah tertawa dan berkata, "Ah, kak debo ini lebay deh.Hehehe"

Lhoh, pujian saya malah dianggap lebay...jadi capee deee...(*enggak dink..)

Namun, kejadian yang cuma sebentar itu membuat saya merenung.
Saya ini sudah hidup di dunia ini selama 20 tahun, dan jujur saja, tidak sering mendapat pujian yang benar2 tulus yang kami yang berkutat di bidang pendidikan sebut reinforcement. Dan saya juga mengamati kalau orang memberi pujian itu nanggung, 'ini gag muji lo deb, tapi good job.' Loh, mau muji koq pake introduction, ini gag muji lho. Atau 'tadi itu bagus sekali deb, tapi sayang bla bla bla.' Ini juga, muji koq ada tapinya.

Jadi saya membuat hipotesa *karena belum membuat research mengenai ini, bahwa pujian yang tulus itu sekarang sudah hampir punah. Makanya kalo adek2 kelas saya ketawa dan mengatakan lebay dengan pujian saya, itu dikarenakan yang saya lakukan itu tidak wajar di mata mereka *eh, di telinga mereka dink..

Saya menyelidiki ternyata bahasa surga itu juga bahasa yang lebay menurut kewajaran dunia ini. Bagaimana bisa?
Mari kita lihat contoh dari Gideon (Hakim-hakim 6). Gideon adalah orang yang penakut, terbukti bahwa dia sembunyi dari orang Midian. Gideon bukanlah orang seperti Pangeran Diponegoro yang tidak takut menghadapi penjajah Belanda, disuruh ketemuan di Magelang, Pangeran Diponegoro ho oh aj. Gideon bukanlah seorang pahlawan yang berani pidato di hadapan bangsanya seperti Bung Karno.

Dia penakut saudara, ngumpet, ihh..hehe..Tapi apa kata malaikat kepada Gideon "Tuhan menyertai engkau, ya, pahlawan yang gagah berani." Ihh, lebay deh.. masa penakut di bilang pahlawan yang gagah berani lagi..hehe
Tapi itulah kewajaran surga...

Satu lagi deh contoh biar para pembaca percaya bahwa kita seharusnya menerapkan bahasa memuji, bahasa surga, bahasa lebay ini

Pada saat Yesus baru saja keluar dari air, setelah dibabtis oleh Yohanes Pembabtis. Langit terbuka dan turunlah Roh Allah dalam bentuk burung merpati serta ada suara yang mengatakan "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan." (Matius 3: 17). Di mana letak lebay.nya?

Sekarang bayangkan peristiwa seperti berikut, ada seorang bapak dan anak lagi di pasar. Terus tau-tau bapak itu bilang, "Inilah anak-Ku yang Kukasihi." Kira-kira gimana pandangan orang-orang? Pasti pada bilang,,Ihhh, lebay deh bapak itooo..


Tapi itulah yang terjadi dengan Yesus. Di saat buanyak orang berbondong-bondong minta dibabtis sama Yohanes Pembabtis di Sungai Yordan, ada pemungut cukai, ada tentara, ada pemuka agama, ada pembantu rumah tangga, ibu-ibu rumah tangga, bapak-bapak rumah tangga, semuanya tumplek blek di sungai Yordan. Eh, tau-tau Bapa di Surga bilang "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi." Hal itu dilakukan untuk memuji Yesus yang mau melakukan kehendak Allah untuk dibabtis (Matius 3: 15). Dan Allah memuji Dia di hadapan semua orang. Wow!! Pujian yang gag main-main.

Setelah saya mengalami banyak 'kegelapan' tahun ini, saya mulai belajar mengikis karat-karat yang ada di diri saya. Saya mulai belajar untuk berkata-kata dengan bahasa surga. Nah, salah satunya adalah dalam hal memuji. Kira-kira enak mana kalo pas di lift itu saya bilang "Kamu itu koq bodo banget sih, mau-maunya ngangkatin kardus2 besarnya gag karuan begitu. Harusnya kalian sadar diri donk,,kalo kalian itu kecil." Weleh,,weleh,, saya aja yang nulis gag suka nulis kata-kata begituan apalagi yang denger.

Nah, maka dari itu, mari kita semua belajar untuk memuji orang-orang di sekitar kita. Apalagi kalo seorang guru maupun orang tua,,sungguh indah kalau memuji murid maupun anak yang kita didik.

" Jadi akhirnya saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua ayang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu." (Filipi 4: 8)
Read More...